IMM FK UNISMUH GELAR WEBINAR NASIONAL DOKTER PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH ISLAMI (DOPAMIN) DENGAN TEMA “MERAWAT BANGSA, MEMUPUK PERADABAN”
November 9, 2021 No Comments news fkunismuh

FKIK Unismuh- Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) Pimpinan Komisariat (Pikom) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar gelar Webinar Nasional Dokter Persyarikatan Muhammadiyah Islami melalui media daring (zoom cloud meeting) pada Sabtu 6 November 2021.

Kegiatan ini menghadirkan Ketua Asosiasi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Muhammadiyah (APKKM), Prof. Dr. dr. E.M. Sutrisna, M.Kes sebagai keynote speaker; serta tiga pembicara Nasional, yaitu: Dr.dr. Sagiran Sp.B(K)-KL, M.Kes (Anggota Tim Penyusun Standar Karakter dan Kompetensi Dokter Muhammadiyah (SKKDM) APKKM edisi 1 dan 2; Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, M.Sc, Sp.GK(K) (Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unismuh Makassar); serta Dzar Fadli El Furqan, S.Ked (Mahasiswa Klinik [co-ass] Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unismuh Makassar).

Ketua APKKM, Prof.Dr.dr.EM Sutrisna, M.Kes dalam keynote speechnya menyatakan bahwa penguatan karakter kader Muhammadiyah sangatlah penting; salah satu caranya melalui Webinar Nasional DOPAMIN ini. Keberadaan SKKDM yang menjadi bagian dari kurikulum Pendidikan kedokteran di Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiah (PTMA) bertujuan untuk menghasilkan kader lulusan dokter yang berkamajuan, yakni dengan menjadi pembelajar, pengamal salih dan pejuang; yang tertuang dan terbangun melalui ‘Nine Golden Habits’ Muhammadiyah. Hal ini tentu dikombinasikan dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) agar menjadi lulusan Dokter yang profesional dan kompeten.

Dekan FKIK Unismuh Makassar, Prof. Suryani As’ad dalam pemaparannya yang berjudul “Adaptabilitas dan Pengoptimalan Pendidikan Kedokteran di Masa Pandemi dalam Menghasilkan Dokter Masa Depan yang Berkompeten Berlandaskan SKDI”, mengatakan bahwa perkembangan teknologi memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pendidikan kedokteran. Oleh karena itu, adaptasi dan optimalisasi model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan digitalisasi penting dilakukan. Diperlukan sumber daya manusia yang tidak saja dapat mengelaborasi ilmu kedokteran, namun juga keterampilan dan penguasaan teknologi informasi. Hadirnya pandemi Covid-19, lanjut Prof Suryani, telah membuat proses digitalisasi dalam pendidikan kedokteran terjadi lebih cepat. Perlu juga dicatat bahwa, prinsip humanitas dalam kajian etik dan prefesionalisme dokter harus tetap dikembangkan, meskipun kita berada di era digital. Untuk menghasilkan dokter yang kompeten dan berkarakter, para pelaku pendidikan kedokteran juga harus terus meningkatkan profesionalisme, kompetensi dan kualitasnya; demikian ujar Prof. Suryani.

Pemateri kedua, Dzar Fadli El Furqan, S.Ked, yang hadir dengan judul “Optimalisasi Kontribusi Mahasiswa Kedokteran dalam Caturdharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) untuk Menghadapi Era Disrupsi”, menyampaikan bahwa optimalisasi Caturdharma PTMA yang meliputi bidang pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta pendidikan dan pengamalan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK); dikembangkan dengan belajar melihat peluang dan tantangan di era disrupsi. Empat kompetensi dasar yang menjadi modal adalah (i) menjadi profesional (be an expert); (ii) pembelajar seumur hidup (lifelong learner); (iii) melatih rasa kepemilikan (train your sense of belonging); dan (iv) kecerdasan profetik (be a prophetic intellectual).

Dr.dr. Sagiran Sp.B(K) KL, M.Kes, sebagai pemateri ketiga dengan topik “Integrasi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) serta SKKDM dalam mencetak Dokter Muhammadiyah yang Berakhlakul Karimah di Era Disrupsi”, menguraikan tiga poin penting, yaitu:
Pertama, urgensi integrasi pembelajaran AIK dan SKKDM dalam pendidikan kedokteran di era disrupsi. Menjadi penting sebagai upaya dalam menumbuhkan karakter Dokter lulusan FK PTMA yang kompeten dan berakhlak mulia.

Kedua, terdapat ‘7 Stars Moslem Doctor’ yang perlu ditanamkan kepada kader Dokter Muhammadiyah, yaitu sebagai (i) Care Provider; (ii) Decision Maker; (iii) Communicator; (iv) Community Leader; (v) Manager; (vi) Research Scholar; and (vii) Faithful Piety.
Ketiga, Dokter Muhammadiyah harus memiliki sikap: (i) bertindak sesuai landasan ilmu (amal ilmiah); (ii) berilmu dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya (ilmu amaliah); dan (iii) internalisasi misi persyarikatan Muhammadiyah dalam berbagai aspek kehidupan.

Kegiatan webinar DOPAMIN diketua oleh Muhammad Risqullah Ammar, Mahasiswa Program Studi Kedokteran FKIK Unismuh Makassar. Kegiatan webinar mengangkat tema “Merawat Bangsa, Memupuk Peradaban”. Webinar ini bertujuan untuk mempersiapkan Dokter Muhammadiyah di masa yang akan dating, yakni yang berakhlakul karimah, berlandaskan SKKDM, dengan kompetensi sesuai SKDI dalam menghadapi Era Disrupsi.

Mengapresiasi tema webinar yang diangkat oleh Pikom IMM FK Unismuh, Dekan FKIK Unismuh mengatakan bahwa tema tersebut bermakna sebagai insan cendekia, civitas akademika memiliki tugas yang mulia, yakni berperan untuk terpenuhinya hak manusia, khususnya dalam bidang kesehatan. Meskipun terdapat pelbagai tantangan pada zaman sekarang ini, penting untuk tetap berkontribusi dengan menghadirkan ragam solusi; agar peran kita sebagai Dokter Muhammadiyah tetap eksis dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaan. Semua hal tersebut di internalisasikan melalui langkah-langkah konkret yang dapat memberikan kontribusi positif untuk pendidikan kedokteran Muhammadiyah.

Menurut laporan panitia pelaksana, terdaftar sebanyak 208 orang peserta dalam kegiatan, webinar, dengan latar belakang institusi beragam. Mereka antara lain berasal dari: Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Palembang, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Semarang, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Ahmad, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Puskesmas Parigi (Sulawesi Tengah), Universitas Hasanuddin, RSL Indrapura Surabaya, Universitas Kristen Maranatha, Puskesmas Anggeraja, dan Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.

Ketua Umum Pikom IMM FK Unismuh, Muhamad Wahyu Ahmad Habibi, dalam sambutannya mengatakan, Muhammadiyah sejak dulu telah berkontribusi banyak bagi kemanusiaan, oleh karena itu dibentuklah wadah perkumpulan kader-kader Muhammadiyah, khususnya dalam bidang kesehatan dan kedokteran, untuk menyatukan gagasan-gagasan, dan digunakan secara bersama-sama dalam berkontribusi bagi kemanusiaan.

X